Mencari Format Ideal Pendidikan anak

Mencari Format Ideal Pendidikan Anak

 

Tadi siang nggak sengaja bertemu teman lama, kami pun terlibat obrolan ngalor-ngidul sekalian bernostalgia. Makin lama obrolan berlangsung makin seru, yang mulanya hanya saling “say hello” dan menanyakan keadaan masing-masing, ujung-ujungnya kami terlibat dalam sebuah diskusi serius dan alot tentang susahnya mendidik anak di era modern ini. Ternyata diskusi yang tak direncanakan itu meninggalkan kesan mendalam buat saya pribadi, bahkan sampai di rumah pun masih kepikiran terus. Akhirnya menimbulkan ide untuk mengurainya dalam bentuk tulisan, siapa tahu ada gunanya buat kita semua.

Di era modern ini, para ahli percaya, bahwa pendidikan anak bisa dimulai sejak janin masih ada dalam kandungan. Kapan akhir dari proses pendidikan ini ? Jawabannya adalah pada saat ajal tiba. Ada beberapa hal yang berkaitan dengan pendidikan anak dan penting untuk kita renungi, diantaranya :

 

Pertama, kita harus tahu apa yang dimaksud pendidikan

Secara sederhana, Pendidikan dapat diartikan sebagai usaha yang dilakukan dengan sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran, agar anak secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan oleh dirinya dan masyarakat.

 

Kedua, kita harus menetapkan visi dari pendidikan itu sendiri.

Apa visinya ? buat saya pribadi, pendidikan itu harus mampu membuat anak memahami dan bisa menerapkan hasil pendidikan itu secara baik dan benar. Membuat anak dari tidak tahu menjadi tahu, asalnya tidak bisa menjadi bisa, mengerti dengan jelas mana benar mana salah, paham apa yang baik dan apa yang buruk buat dirinya, selain memacu anak memiliki cita-cita tinggi untuk kehidupan dunia dan akhirat juga memberi rambu kepada anak untuk meraih cita-citanya itu dengan cara yang lurus.

Kesalahan menentukan visi bisa mengakibatkan salah hasil. Contoh kecilnya seperti ini, apa visi kita menyekolahkan anak? Supaya memperoleh pengetahuan dan keahlian ( tahu dan bisa) ? atau hanya sekedar untuk memperoleh ijazah semata, sehingga tidak segan “membeli nilai” dengan cara yang tidak baik dan benar? Yang tanpa disadari telah mengajari anak untuk menghalalkan segala cara dalam meraih keinginan atau cita-citanya.

Ketiga, mengetahui metode pendidikan seperti apa yang harus dipergunakan.

Dalam merumuskan metode pendidikan ini ada beberapa aspek yang harus diperhatikan, seperti : minat, bakat dan  tahapan perkembangan anak. Manusia adalah mahluk yang unik, artinya setiap manusia mempunyai ciri khas tersendiri, tidak ada dua manusia  yang sama persis sifat-sifatnya. Karena itu kita harus sadar, bahwa minat dan bakat masing-masing anak pun tidak sama. Minat dan bakat anak ini berhubungan dengan semangat dan kemauan belajar anak. Jika kita selaku orang tua salah memahami dan meresponnya, maka kemungkinan besar akan menyebabkan anak malas belajar, karena tidak sesuai dengan minat dan bakatnya.

Kadang kala kita suka terjebak untuk menjadikan anak sebagai duplikat dari diri kita, padahal anak bukanlah robot yang bisa kita operasikan dengan hanya memijit tombol remote. Anak adalah manusia seperti kita, mahluk canggih berjiwa yang telah didesign oleh sang pencipta dengan keunikan karakteristik masing-masing. Kealpaan pemahaman seperti inilah yang sering kali menjadi penyebab timbulnya gap dan konflik antara anak dan orang tua.

Pendidikan berdasarkan tahap perkembangan anak setidaknya ada 3 tahapan, yaitu :

1.       Tahap bermain (0 – 7 tahun)

2.       Tahap Penanaman disiplin (7 – 14 tahun)

3.       Tahap kemitraan (14 tahun ke atas)

Ketiga tahapan ini membutuhkan pendekatan metode pendidikan yang berbeda-beda sesuai dengan perkembangan usia dan karakter kepribadian anak. Kita harus pandai mengkombinasikan antara metode keteladanan, metode penerapan kebiasaan, metode pemberian nasihat, metode pengawasan (controlling) serta metode pemberian hadiah (reward) jika berprestasi dan hukuman (punishment) jika melakukan kesalahan.

Keempat, Materi pendidikan apa yang akan diberikan?

Metode yang bagus dan tepat belum tentu akan memberikan hasil yang optimal jika materi pendidikannya kurang sempurna. Maka dari itu, tugas kita berikutnya adalah menyusun paket materi pendidikan yang komprehensif, agar berguna untuk kehidupan anak di jagat fana ini juga di alam kekal akhirat nanti. Paling sedikit ada beberapa elemen yang harus termuat dalam paket materi itu, diantaranya :

1.       Pendidikan budi pekerti (keimanan dan akhlaq)

2.       Pendidikan intelektual

3.       Pendidikan sosial

4.       Pendidikan fisik

5.       Pendidikan Kepribadian

6.       Pendidikan sex

Kelima, Target pendidikan yang ingin dicapai

 Kita tentu menginginkan anak kita berhasil meraih kesuksesan. Pertanyaannya adalah kesuksesan seperti apa? Sepertinya ukuran kesuksesan ini bersifat subjektif, bisa berbeda untuk setiap orang. Apakah cukup hanya dengan keberhasilan anak kita menyandang gelar atau jabatan tinggi? Atau kesuksesan mengumpulkan kekayaan dalam jumlah banyak? Atau menjadi anggota DPR yang terhormat?

Buat saya pribadi itu semua belum cukup, tentu saja saya akan merasa senang jika anak saya punya gelar dan jabatan tinggi serta kaya, tapi ada yang lebih penting dari itu semua, yaitu kesuksesan hakiki. Kesuksesan hakiki itu sendiri merupakan perjalanan panjang, sebuah proses pencapaian keinginan atau cita-cita luhur, yang garis finisnya ada di akhirat nanti. Saya akan sangat bangga dan berbahagia hati jika anak saya berhasil menduduki kursi agung di sorga akhirat, bukan hanya menduduki kursi kehormatan DPR. Karena itu, target dari pendidikan anak ini adalah membentuk insan paripurna yang lurus aqidahnya, rajin ibadahnya, terpuji akhlaknya, cerdas intelektualnya, jernih dan bijaksana hatinya, lapang jiwanya, gagah perkasa raganya, kaya dan bermanfaat hartanya dan yang paling penting adalah berguna buat manusia lainnya.

 Barkatlangit.wordpress.com ;) Sharing whatever can be shared

Tinggalkan komentar