ilustrasi gambar dipinjam dari http://www.merdeka.com/peristiwa/polisi-patroli-tempat-geng-motor-ngumpul.html

Genk Motor Sang Pelantun Kidung Kematian

Ilustrasi gambar dipinjam dari :

http://www.merdeka.com/peristiwa/polisi-patroli-tempat-geng-motor-ngumpul.html

Minggu kemarin hampir semua stasiun TV ramai menayangkan amuk massal yang entah dilakukan oleh oknum genk motor atau gerombolan bermotor tanpa identitas. Yang pasti, dalam rangkaian peristiwa itu timbul korban jiwa 3 orang meninggal dunia. Konon pula peristiwa ini dilatar belakangi balas dendam akibat penganiayaan terhadap seseorang yang kebetulan merupakan anggota angkatan laut, hingga korban kehilangan nyawanya. Hari ini kembali terjadi bentrok yang diduga melibatkan antar genk motor di sekitar bundaran Tanah Abang. Dan masih banyak lagi kejadian lain yang membuat kita miris dan mengernyitkan dahi yang dilakukan oleh “oknum” genk motor.

Terlepas dari siapa pun pelakunya, saya jadi bertanya-tanya apa yang terjadi dengan negeri ini? Mengapa banyak orang lebih memilih menjadi pengguna otot daripada pengguna otak, apalagi sebagai pengguna hati nurani? Ke mana perginya hukum dan norma ? Apa yang hilang dari sebagian besar diri kita ? Bagaimana hal seperti ini bisa terjadi di negeri yang selalu membanggakan nilai dan budaya ketimuran dengan prinsip kekeluargaannya ?

Carut marut penegakkan hukum, aparat yang konon kekurangan jumlah personel, kontrol sosial yang melonggar, masyarakat yang makin apatis dan skeptis serta keluarga yang tidak lagi jadi benteng moral bagi anggotanya adalah sebagian dari faktor eksternal di negeri ini yang turut melahirkan peristiwa di atas. Namun yang paling berperan tentunya adalah faktor internal yang berasal dari dalam diri setiap individu yang menjadi pelaku utamanya.

Saya tertarik untuk menelusuri faktor internal ini lebih serius tanpa menafikan faktor eksternal di atas. Tentu banyak hal yang menjadi bagian faktor internal ini, tapi yang paling mendasar adalah kenyataan bahwa banyak dari kita telah kehilangan apa yang disebut cinta. Terdengar melankolis dan terlau naif ? Mungkin anda benar, tapi maukah anda merenungkannya sejenak ?

Cinta yang saya maksud disini bukan sekedar cinta sempit yang terbatas pada dua orang pasangan berlainan jenis. Tapi cinta dalam wujud yang lebih agung serta berada dalam wilayah pengertian yang lebih luas. Cinta yang lebih tinggi dari langit dan lebih dalam dari samudera. Cinta yang menjadi fitrat suci manusia dan bersifat universal.

Cinta terhadap sesama. Kecintaan terhadap Illahi dan rasulnya. Cinta terhadap agama dan nilai-nilai yang dikandungnya. Itulah cinta yang saya maksud.

Banyak dari kita yang secara sadar atau tidak sadar, sengaja atau tidak sengaja, terencana atau tidak direncanakan telah mengosongkan hatinya dari keluhuran cinta. Banyak dari kita menjadikan hatinya sebagai tempat bercokol berbagai sifat negatif destruktif dan memfungsikan hatinya sebagai gudang nafsu semata. Atau membentuk hatinya sebagai bank deposit hawa amarah dan angkara murka. Tidak setuju ? Boleh saja, itu hak anda. Sama berhaknya saya menyatakan opini pribadi yang dangkal dan mentah ini.

Yang jelas, jika banyak hati telah kosong dan hampa dari cinta, maka jangan heran akan terus bermunculan rentetan kekerasan atau kriminalitas lainnya. Cinta ibarat rem yang bisa meredam laju amarah. Cinta tak terikat ruang dan waktu, mampu menembus batas-batas perbedaan etnis, agama, status sosial, umur, budaya, tradisi atau adat istiadat, bahkan mampu melintasi batas negara dan menjadi tali pengikat kebersamaan dan kerukunan.

Cinta pada keadilan akan menjadi fondasi atau tonggak penegakan hukum yang mendekati keidealan. Sehingga penerapan hukum tidak seperti pisau yang tajam ke bawah tetapi tumpul ke atas. Hanya tegas kepada rakyat kecil tetapi tidak mempan kepada para pembesar.

Kita patut prihatin, karena sebagian besar anggota genk motor masih berusia remaja. Mereka adalah masa depan bangsa. Jadi, tolong bantu ajarkan mereka hakikat cinta dengan cara yang baik. Tunjukkan pada mereka bahwa Tuhan yang Maha Kuasa saja ternyata masih lebih besar sifat pengasih dan penyayang-Nya dibanding murka-Nya. Masa iya, kita yang cuma sekedar makhluk malah bertingkah sok lebih kuasa daripada sang Pencipta dengan mengumbar kemurkaan kepada sesama.

Wahai adik-adik genk bermotor ! Saya merasa sayang kepada anda semua, tapi apakah anda menyayangi diri anda sendiri ? Anda boleh berkumpul dan membentuk komunitas sendiri, tapi tolong jangan isi aktifitas komunitas itu dengan kekerasan dan kebrutalan sadisme. Sehingga tidak perlu lagi ada korban luka atau meregang nyawa secara sia-sia. Bayangkan lah ! Bagaimana jika yang menjadi korban adalah orang dekat anda ? Entah adik, kakak, anak, sepupu, atau sahabat anda, apa dan bagaimana perasaan anda ?

Sadari lah ! Bukan kita yang menciptakan nyawa dan bukan kita pula yang menguasai dan memberi kehidupan. Lantas, atas dasar dan hak apa kita berani menghilangkan nyawa dan merampas kehidupan orang lain ? Tidakkah dengan begitu kita merasa dan menganggap diri kita sebagai Tuhan yang menguasai dan memberi hidup dan kehidupan?

Akan lebih baik buat kita semua, jika komunitas itu diisi dengan kegiatan peduli sosial yang merefleksikan cinta kasih terhadap sesama. Sehingga keberadaan genk motor atau apa pun namanya tidak seperti kelompok konser musik yang mendendangkan lagu kematian, tapi lebih mirip pujangga pengagum dan pemuja cinta. Belajar dan pahami lah esensi cinta secara pelan-pelan, nikmati prosesnya dan perhatikan hasilnya. Pasti tampak jelas keindahan dan keluhuran cinta yang sekarang ini mungkin masih tertutup kabut kemarahan dan kekerasan.

Pelajaran apa yang bisa kita ambil dari sabda Rasulullah yang mengatakan, bahwa :

“Dalam tubuh kita ada seonggok daging yang apabila kondisinya baik, maka akan baik pula hidup kita, begitu pun sebaliknya jika kondisinya buruk, maka akan buruk pula hidup kita”

Ketika para sahabat bertanya apakah itu ya Rasulullah ? Nabi pun menjawab itu adalah “hati”. Pertanyaannya adalah hati yang seperti apa ? Hati yang dipenuhi amarah dan angkara murka ? Atau hati yang dihiasi keluhuran dan keagungan cinta ?

14 thoughts on “Genk Motor Sang Pelantun Kidung Kematian

    • Wa alaikum salam…waduh maaf mbak Evi dan teman-teman yang lain, saya baru selesai jadi suami siaga dan belum sempat update blog…mudah-mudahan nggak lama lagi bisa posting kembali…aminnn

    • Yah begitu lah mas realita nya, agama dan moral malah dipandang secara sinis. Hukum ? Apalagi cuma jargon kosong aja kayanya. O ya salam kenal mas damai selalu… 🙂

    • Iya mbak mintarsih kata “bijak” ini menjadi sesuatu yang mahal dan langka di negeri kita dewasa ini. Padahal masih banyak cara yang lebih elegan untuk mengatasi persoalan dibanding penggunaan kekerasan. Para elit pengambil keputusan pun sama, seringkali membuat kebijakan yang tidak bijak. Salam kenal mbak dan terima kasih atsa kunjungannya ke blog sederhana ini

  1. Maaf nih Mas Danis, saya baru berkunjung lagi ke sini. 🙂

    Miris memang jika mendapati kabar tentang aksi brutal gang motor yang memakan korban. Sepertinya mereka ini adalah pribadi-pribadi tidak tahu dan tidak sanggup membentuk dirinya sendiri. Sejak dini mereka sudah dijejali paham yang tidak baik, sehingga merekapun menjadi pribadi yang labil dan sangat mudah terpengaruh oleh hasutan pihak yang tidak bertanggung jawab. Kasihan.

    Saya harap hal ini bisa segera diatasi. 🙂

    • Iya saya juga berharap begitu, bagaimana pun juga mereka itu adalah saudara-saudara kita yang memegang tongkat estafet masa depan bangsa.Semoga cepat menyadari kekeliruannya.

  2. Sangat prihatin… sepertinya rasa kemanusiaan di negeri ini semakin kronis… semoga kedepannya bisa lebih baik. Bisa menjadi komunitas positif yang bisa diisi dengan kegiatan sosial & kegiatan2 kemanusiaan lain. Semoga.
    Salam kenal 🙂

  3. Mas Danis welcome back 🙂
    Mengnai ketiadaan cinta dlm hati, itu pasti tak sengaja dilakukan. Pertanyaan nya apa penyebab cinta dihati itu hilang ya? Atau jangan gak pernah tumbuh?

    Perilaku gerombolan emang jarang pakai logika. Mereka hanya mengandalkan semangat corps. Kalau kebetulan semangat corps itu jelek, yah akibatnya seperti kelakuan gang bermotor ini. Dan aku curiga, itu bukan kejadian spontan yg didasari rasa setia kawan. Aku curiga gank ini cuma alat, Mas

    • Iya nih mbak Evi baru sempet nongol lagi, tepatnya sih mungkin cinta itu nggak bener-bener hilang tapi tertutup oleh dominasi kabut amarah dan semangat corps yang mbak evi bilang. ada kemungkinan juga memang gank ini dijadikan alat oleh para “oknum” tertentu. Cieee bahasanya kok jadi kaya politisi ya 🙂

Tinggalkan komentar